Pages

Pekat Pagi



Dulu kau pekatkan pagiku
Kau titip mawar hitam berbalut manisnya putih
Membutakanku hingga aku gila sasar
Tenggelam dalam kedurjanaan
Yang nisbi bersama angin pagi yang gerah

Saat aku sadar mawar yang ku genggam menusuk jemariku
Aku berusaha lari dari jeratan nistamu
Yang mengajakku pada lembah kemuraman
Berbalut imaji hampa yang biadab
Dan kau berusaha terus membelenggu
Tak memberi celah ku untuk keluar

Saat aku menemui cerahnya pagi baru
Kini pagi yang baru juga kau pekatkan
Dalam munafik dan hitam pekatnya hatimu
Saat sang murah hati memberikanmu salju kepercayaan
Kau pekatkan pagi bersalju itu
Kau sakitkan hatinya
Saat sang murah hati sudah berbaik hati padamu

Tak kah kau pikirkan itu?
Betapa kerasnya hatimu
Betapa munafiknya pikiranmu
Betapa durjananya kau hancurkan jari jemari kami
Hanya untuk nafsu sesaat
Dan kau lampiaskan pada yang tak berujung

Kini tuhan bongkar kemunafikan itu
Walau sakit ini mengiris hati
Hanya satu yang ingin ku katakan
Kau tak lebih baik dari pada diriku

Yang berfikir hanya untuk pelampiasan nafsumu yang membabi buta

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar