Dulu kau pekatkan pagiku
Kau titip mawar hitam berbalut manisnya putih
Membutakanku hingga aku gila sasar
Tenggelam dalam kedurjanaan
Yang nisbi bersama angin pagi yang gerah
Saat aku sadar mawar yang ku genggam menusuk jemariku
Aku berusaha lari dari jeratan nistamu
Yang mengajakku pada lembah kemuraman
Berbalut imaji hampa yang biadab
Dan kau berusaha terus membelenggu
Tak memberi celah ku untuk keluar
Saat aku menemui cerahnya pagi baru
Kini pagi yang baru juga kau pekatkan
Dalam munafik dan hitam pekatnya hatimu
Saat sang murah hati memberikanmu salju kepercayaan
Kau pekatkan pagi bersalju itu
Kau sakitkan hatinya
Saat sang murah hati sudah berbaik hati padamu
Tak kah kau pikirkan itu?
Betapa munafiknya pikiranmu
Betapa durjananya kau hancurkan jari jemari kami
Hanya untuk nafsu sesaat
Dan kau lampiaskan pada yang tak berujung
Kini tuhan bongkar kemunafikan itu
Walau sakit ini mengiris hati
Hanya satu yang ingin ku katakan
Kau tak lebih baik dari pada diriku
Yang berfikir hanya untuk pelampiasan nafsumu yang membabi
buta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar